"Katakanlah: Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku(Muhammad), niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Ali-Imran:31)

"Wahai yang bersemangat lemah, Sesungguhnya jalan ini (jalan Allah), Padanya Nuh menjadi tua, Yahya dibunuh, Zakaria digergaji, Ibrahim dilemparkan ke api yang membara, dan Muhammad SAW disiksa, dan Anda menginginkan Islam yang mudah, yang mendatangi kedua kakimu..." (Ibn Qayyim Al-Jauziyyah)

06 Agustus 2009

Bulan Sya'ban

Bulan ini dinamakan dengan Sya’ban karena bulan tersebut memiliki beberapa cabang kebaikan yang sangat banyak. Sya’ban diambil dari kata Asy-Syi’bi, yang berarti thariiqul jabali (jalan gunung atau jalan yang menanjak naik), yaitu jalan kebaikan.
Diriwayatkan dari Abi Ummah Al-Bahili ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda yang artinya “Apabila bulan Sya’ban telah masuk (datang), sucikanlah jiwa Anda dan perbaikilah niat Anda dalam bulan itu”.
Diriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw berpuasa, sehingga kami mengatakan apakah beliau tidak berbuka, lalu beliau berbuka. Dan sehingga kami mengatakan kapan beliau tidak berpuasa, lalu beliau tidak berpuasa. Adalah beliau paling banyak berpuasa di bulan Sya’ban (selain bulan Ramadhan).
Dalam riwayat An-Nasa’i dari hadits Usamah ra, ia berkata, “ya Rasulullah, aku belum pernah melihatmu berpuasa pada suatu bulan dari bulan-bulan ini, seperti puasamu dalam bulan Sya’ban”. Beliau bersabda : “itu adalah sebuah bulan yang biasa dilalaikan manusia, yaitu bulan antara Rajab dan Ramadhan. Sya’ban adalah sebuah bulan, pada bulan itu amal-amal diangkat (dilaporkan) kepada Tuhan seru sekalian alam. Maka aku suka kalau amalku diangkat, sementara aku dalam keadaan puasa”.

Di dalam Sahihain (Bukhari dan Muslim) diriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata “Aku tidak pernah melihat beliau menyempurnakan puasa satu bulan penuh sama sekali kecuali bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau puasa dalam suatu bulan yang lebih banyak daripada di bulan Sya’ban”. Dalam sebuah riwayat dikatakan : “Beliau berpuasa penuh di bulan Sya’ban”. Imam Muslim berkata : “Beliau berpuasa bulan Sya’ban, kecuali sedikit (yang tidak berpuasa)”. Riwayat ini menjelaskan riwayat pertama. Yang dimaksudkan dengan puasa sepenuh bulan adalah sebagian terbesarnya.
Dikatakan, bahwa sesungguhnya malaikat-malaikat di langit memiliki dua buah malam hari raya. Sebagaimana orang-orang Islam di bumi juga memiliki dua buah malam hari raya. Lalu hari raya malaikat adalah malam Bara’ah yaitu malam yaitu malam Nisfu Sya’ban dan malam Lailatul Qadar. Sedangkan hari raya orang-orang mukmin adalah Raya Fitri dan Adha. Karena itulah, maka malam Nisfu Sya’ban disebut juga sebagai malam hari raya malaikat.
As-Subki menjelaskan dalam kitab Tafsirnya : “Sesungguhnya malam Nisfu Sya’ban akan menghapus dosa setahun. Sedangkan malam Jum’at akan menghapus dosa seminggu, dan malam Lailatul Qadar menghapus dosa seumur hidup. Yakni, menghidupkan malam-malam tersebut dengan memperbanyak ibadah menjadi sebab dihapusnya dosa”. Malam Nisfu Sya’ban juga disebut sebagai malam-malam kehidupan. Karena adanya riwayat dari Al-Mundziri secara Marfu’ : “Barangsiapa yang menghidupkan dua malam Hari Raya dan malam Nisfu Sya’ban, maka hatinya tidak akan mati pada saat hati-hati dalam kondisi mati”.
Malam Nisfu Sya’ban juga disebut sebagai malam syafa’at, karena Nabi saw meminta syafa’at kepada Allah swt pada malam ketiga belas buat ummatnya, lalu Allah memberinya sepertiga. Kemudian Nabi saw meminta lagi pada malam keempat belas, lalu Allah memberinya dua pertiga dan beliau meminta syafa’at buat ummatnya pada malam kelima belas, lalu Allah memberi seluruhnya, kecuali orang yang lari melepaskan diri dari Allah seperti larinya unta. Yakni, lari menjauh dari Allah dengan mengabdikan pada perbuatan durhaka.
Malam Nisfu Sya’ban juga disebut sebagai malam maghfirah karena Imam Ahmad meriwayatkan, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya Allah melihat (mengamati) kepada hamba-hamba-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, lalu Ia mengampuni kepada penghuni bumi, kecuali dua orang laki-laki, yaitu orang musyrik dan orang-orang pendendam”.
Juga disebut sebagai malam kemerdekaan, karena Ibunu Ishaq meriwayatkan dari Anas bin Malik, sesungguhnya Rasulullah saw pernah mengutus aku ke rumah Aisyah ra untuk sebuah keperluan. Aku berkata kepada Aisyah, “cepatlah, karena aku telah meninggalkan Rasulullah saw menceritakan kepada mereka tentang malam Nisfu Sya’ban”. Aisyah berkata, “Ya Anas, silahkan duduk, akan aku ceritakan kepada Anda tentang malam Nisfu Sya’ban. Malam itu adalah malam bagianku dari Rasulullah saw. Beliau menghampiriku dan masuk dalam selimutku. Aku terbangun tengah malam dan aku tidak menemukan beliau lagi. Aku berkata, ‘mungkin beliau pergi kepada istri mudanya, Al-Qibthiyah’. Maka aku keluar melewati masjid lalu kakiku menyentuhnya sedang beliau bersabda, ‘Telah sujud kepada-Mu tubuh dan diriku dan telah beriman hatiku kepada-Mu. Ini tanganku dan apa yang aku petik atas diriku. Wahai Tuhan Yang Maha Agung, pada-Nya diharapkan setiap urusan-urusan besar, ampunilah dosa yang besar. Wajahku bersujud pada Dzat Yang Menciptakannya, yang membentuk rupa dan memberinya penglihatan”. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan bersabda (berdoa) : “Ya Allah, anugerahilah aku hati yang bertakwa, suci dari syirik, terbebas dari kafir dan tidak pula celaka”. Kemudian beliau kembali bersujud dan aku mendengar beliau bersabda (berdoa) lagi : “Aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, dengan ampunan-Mu dari siksa-Mu, aku tidak dapat menghitung pujian terhadap-Mu, sebagaimana Engkau memuji Dzat-Mu sendiri”. Aku berkata, sebagaimana yang dikatakan oleh saudaraku Dawud : ‘Aku membenamkan wajahku dalam debu (bersujud) untuk Sayyidku dengan yang sebenar-benarnya buat Sayyidku, agar Ia memberiku ampunan’.”
Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan aku berkata : “Demi bapak dan ibuku, sebagai tebusan Anda, Anda dalam sebuah lembah, dan aku juga dalam suatu lembah”. Beliau pun bersabda : “Ya Humaira’ (panggilan Aisyah), bukankah engkau mengetahui, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla pada malam ini membebaskan manusia sebanyak bulu domba, kecuali enam golongan, yaitu peminum khamar, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, pezina, orang yang bermusuhan, tukang pukul dan pengadu domba”.
Malam Nisfu Sya’ban juga disebut malam pembagian dan penentuan, karena ada riwayat dari Atha’ bin Yasar : “Ketika malam Nisfu Sya’ban, malaikat maut menghapus (mengundur jadwal) setiap orang yang akan mati dari satu Sya’ban ke Sya’ban berikutnya. Sementara seorang hamba pada saat itu menanam tanaman, melangsungkan pernikahan dan melakukan hubungan suami istri serta membangun rumah. Sedangkan perumpamaan, namanya telah disalin dalam daftar orang-orang mati. Dan malaikat maut tidak menunggu terhadap hal tersebut, kecuali bia ia diperintah, maka barulah ia mencabut ruhnya”.

0 komentar:

Ya Ilahi Ya Robbi...

Ya Allah...
Andai aku menulis.. tulisanku untuk siapa??
andai aku berkata-kata.. kata-kataku untuk siapa??
andai aku memberi.. pemberianku untuk siapa??

Kalau dituliskan rasa hatiku di sini.. tak ada yang tahu isi hati ini..
tidak ada yang mengerti.. dan akhirnya tetap pada-Mu aku kembali..
aku sadar bukan sekali dua kali aku datang kepadaMu..
karena aku tahu hanya Engkau yang mampu membantu..
siapa lagi yang mampu menenangkan resah gelisah hatiku...

Engkau yang memegang hatiku.. Engkau juga yang mengetahui isi hatiku..
bukanlah aku meminta dari makhluk-Mu.. karena mereka juga sepertiku..
hanya padaMu aku mengadu, tetapkan aku pada jalan-Mu...

Inilah catatan perjalananku yang baru.. Setelah lama diri terbiar sesat dalam sadar,
daku kembali lagi kepada-Mu.. Daku pulang dengan tangisan yang tidak dapat kuhentikan..
Pun, harapanku hanyalah agar Engkau masih menerima kepulangan ini...

Sesungguhnya aku sadar aku adalah di antara manusia yang dalam kerugian. Lindungilah aku, tetapkan imanku, Ya Allah.. Ampunkan dosaku.. Amin Ya Rabbal 'Alamin...
Aku hanyalah seorang hamba Allah yang senantiasa mengharapkan keridhaanNya..
sesungguhnya aku.. seorang hamba Allah yang banyak kekurangan.. dan aku.. masih mencoba untuk mencari cahaya Allah...

Aku.. punya jiwa.. punya rasa.. punya nafsu yang sering bergelora.. aku juga punya mata hati yang dikurniai Ilahi.. mudah-mudahan mata hati ini kan senantiasa disirami dengan basahan iman.. agar diri ini kan berbuah Taqwa.. agar hidup ini hanya untuk Dia"...

Ya Allah.. Syukur di atas nikmat pancaindra-Mu, dengan penglihatan, Aku dapat melihat segala kekuasaan-Mu, mengagumi segala kebesaran-Mu, Namun.. Dengannya jualah, Aku melakukan kemungkaran pada-Mu, menjerumuskan diriku ke lembah dosa, melihat pada yang tak sepatutnya, membuatkan diri ini alpa saat hidayah-Mu tiba, seketika ku tersadar, mungkin belum terlambat, untukku berubah...

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepadaNya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam" (3:102)